Rabu, 14 Maret 2012

Membangun Hidup

Seorang tukang kayu yang sudah tua ingin pensiun. Ia memberi tahu kepada majikannya tentang rencananya untuk berhenti dan memulai hidup lebih tenang bersama istrinya. Ia menyesal tidak menerima gaji lagi, tetapi bagaimanapun ia harus pensiun. Mereka akan mampu memenui kebutuhan hidup mereka.
Kontraktor itu menyesal harus melepaskan seorang karyawan yang begitu ulet, dan ia minta tukang kayu itu membangun hanya satu rumah lagi sebagai karya perpisahan. Tukang kayu itu mengatakan “ya”, tetapi bisa diamati bahwa ia tidak lagi bekerja dengan sepenuh hati. Cara kerjanya sembrono dan bahan yang dipakai kurang bermutu. Menyedihkan melihat karier yang cukup gemilang harus diakhiri dengan cara seperti itu.
Setelah tukang kayu itu menyelesaikan karyanya, majikan datang meninjau rumah itu. Ia menyerahkan kunci pintu depan kepada si tukang kayu. “ Rumah ini milikmu,” katanya. “ini hadiah perpisahanku bagimu.” Betapa kagetnya tukang kayu itu dan rasa menyesal timbul dalam hatinya. Seandainya ia tahu bahwa ia tadi membangun rumah untuk dirinya sendiri, ia pasti melakukannya dengan cara yang berbeda.
BEGITU JUGA DENGAN KITA
Hari demi hari, kita membangun hidup kita, namun sering kurang menaruh perhatian pada mutu pembangunannya. Kemudian dengan kaget kita sadari bahwa kita sendiri harus hidup dalam rumah yang kita bangun. Andaikata kita diberi kesempatan yang baru, kita pasti melakukannya dengan cara yang sangat berbeda, tetapi kita tidak mungkin kembali ke masa lampau.
Anda sendiri adalah tukang bangunan bagi hidup anda. Setiap hari anda memukul satu paku, memasang satu papan atau membangun satu dinding.Sikap anda dan pilihan yang Anda buat hari ini membangun “rumah” anda untuk hari esok.
COBALAH MEMBANGUN DENGAN BIJAKSANA
Pengarang tak dikenal

Tidak ada komentar: