Selasa, 10 April 2012

Hidup Baru



Perayaan Paskah telah usai. Rangkaian prosesi pengulangan sejarah suci telah kita lalui dengan khidmat dan diakhiri dengan sorak-sorai kesukacitaan karena Kristus telah bangkit dari maut. Setelah selama sepekan kita dibawa kepada nilai-nilai moral 2000 an tahun yang silam kini tiba saatnya kita akan kembali ke realitas hidup di tengah-tengah masyarakat sekarang; masyarakat modern dengan berbagai macam dinamikanya.

Mencoba melihat dari sisi sosiologi dan kebudayaan tanpa bermaksud mengurangi ke teologian, sejarah  suci ini ternyata juga diwarnai dengan beberapa kejahatan, intrik politik, dan budaya matrealistik. Dikisahkan tentang penghianatan oleh Judas Iskariot yang menyerahkan Yesus demi mendapatkan beberapa keping uang emas dari Imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal bait Allah (bdk Luk. 22:3-6), sangat jelas disini rupanya budaya matrealistis telah membuat seseorang tega berbuat jahat bahkan menghianati ‘sahabat sendiri’ atau Gurunya sendiri yang telah bersama-sama selama ini. Pun Petrus juga setali tiga uang dengan Yudas. Ketika Kristus mulai diarak untuk didera, seseorang melihat Petrus sebagai salah seorang murid Kristus namun Petrus menyangkal dan mengatakan bahwa Ia tidak mengenal Nya (bdk. Luk. 22:54-62).

Intrik Politik juga mewarnai kisah ini. Hasutan para Imam-imam Kepala terhadap rakyat sungguh menjadikan rakyat buta akan kebenaran, Imam-imam kepala berhasil membentuk opini publik yang menvonis bahwa Yesus memang orang bersalah walau waktu dihadapkan di Mahkamah Agama, tidak ada satu orang pun yang berhasil menunjukan kesalahan apa yang telah di buat Yesus. Namun opini masyarakat sudah terbentuk maka rakyat mulai marah, mereka kemudian menyeret Yesus ke hadapan Pilatus seorang Penguasa daerah Yudea, namun karena Yesus berasal dari Galilea maka Pilatus menyerahkan kepada Herodes, namun Herodes kembali menyerahkannya pada Pilatus. Sangat jelas disini bahwa kedua Pemimpin ini mencoba untuk lepas tangan dan melemparkan tanggung jawab dalam menangani kasus Yesus ini.

Sebenarnya Pilatus juga tidak menemukan satu kesalahanpun dalam diri Yesus, namun opini publik yang dihembuskan Imam-imam kepala sudah terlanjur terbentuk sehingga rakyat memaksa agar Pilatus menghukum mati Yesus. Melihat rakyat begitu banyak marah, Pilatus ‘keder’ juga, Ia berada pada situasi yang secara politik tidak menguntungkan. Ingin bertidak konstitusional tapi takut tidak populer di mata rakyat, Akhirnya ia memenuhi desakan rakyat walau inkonstitusional...walau secara simbolik ia cuci tangan tetapi seharusnya pemimpin harus tegas dan berpihak pada kebenaran dan bukan atas dasar desakan dari sebuah opini publik yang memang sengaja dihembuskan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Sedangkan Yesus? Yesus setia menerima penderitaan ini, Dia rela menanggung semua beban untuk diolok-olok, disiksa didera bahkan di salib sampai berkesudahan. Ia telah menunjukkan kesetiaan yang sejati kepada Bapa. Dan karena begitu besar Kasih dan CintaNya kepada kita, dalam penderitannya yang sangat berat itu bahkan ia masih mendoakan kita (bdk Luk 23:34)....dan akhirnya Nubuat itu digenapi, Yesus bangkit pada hari ketiga, Ia telah mengalahkan kuasa maut, Allah telah menunjukan kebesaranNya bahwa tidak ada satupun kuasa yang bisa membelenggu Anak Domba...Ini menjadi insipirasi yang sangat agung dalam sejarah umat manusia.

Bagaimana dengan kita? Bagaimana kita bisa mengaktualisasikan arti dari Kebangkitan ini? Apakah cukup kita hanya mengenang dengan penuh khidmat di Gereja dengan mengikuti semua prosesi Misa Pekan Suci? Apakah kita boleh berbangga ketika bisa berpuasa dan ber-APP selama masa prapaskah?
Paska bukan sekedar sebuah peristiwa melainkan sebuah Inspirasi. Sebuah inspirasi kebangkitan bagi hati dan jiwa kita, untuk sebuah hidup baru yang penuh kasih kepada sesama kita. Ya..sebuah insipirasi untuk kita terus berbagi dan peduli pada penderitaan sesama kita sepanjang detik, sepanjang menit, sepanjang jam, sepanjang hari, sepanjang minggu, sepanjang bulan, sepanjang tahun....Sekarang dan Selamanya. 

Tidak ada komentar: