Ada seorang suami dari negara tetangga yang
memiliki dua orang istri. Hampir tiap hari, setiap kali sang suami pergi
meninggalkan rumah, dia selalu pulang dalam keadaan kenyang dan membawa makanan
untuk kedua istrinya. Istrinya bertanya kepadanya dengan siapa dia pergi makan
dan minum. Dia menjawab semuanya itu dilakukan bersama dengan orang yang kaya
raya. Sang istri memberi tahu istri ke 2, "Suami kita setiap kali keluar
rumah, baru pulang jika sudah kenyang makan enak, dan membawakan makanan untuk
kita. Setiap kali ditanya dengan siapa dia makan, jawabnya selalu dengan
orang-orang kaya dan berpengaruh. Tetapi, sampai saat ini tidak ada seorang
kaya pun yang pernah bertamu ke rumah kita. Besok aku akan membuntutinya
diam-diam untuk mengetahui kemana sebenarnya ia pergi" lanjutnya.
Keesokan paginya, dia bangun pagi-pagi dan dengan
diam-diam membuntuti suaminya pergi ke tempat yang biasa dikunjunginya setiap
hari. Seluruh penjuru kota telah dijelajahinya namun tak terlihat seorangpun
berbicara dengan suaminya. Akhirnya dilihatnya suaminya pergi ke tempat makam
orang terkenal (makam kyai). Laki-laki itu mendatangi kaum peziarah dan meminta
sisa-sisa makanan yang digunakan oleh peziarah itu untuk sembahyang (persembahan).
Setelah ia kenyang ia membungkus sisa makanan itu untuk nanti dibawa pulang
untuk diberikan kedua istrinya di rumah. Inilah caranya makan kenyang setiap
harinya.
Sesampainya di rumah, sang istri menceritakan
kepada istri ke 2 apa yang telah dilihatnya hari itu, katanya “Suami adalah
sandaran hidup kita, namun saat ini dia berbuat seperti ini” Mereka berdua lalu
mengiba dan menangis di halaman rumah. Suaminya belum mengetahui hal itu. Dia
berjalan masuk ke rumah dan dengan angkuh menghampiri kedua istrinya itu.
Yang dapat dihargai dari seorang kepala keluarga
adalah bahwa dia bekerja. Apakah hasil pekerjaannya itu dapat membuat kaya atau
tidak, itu lain soal. Yang penting, hasil pekerjaannya itu tidak membuat ‘MALU’
keluarga. Maaf kata ‘MALU’ disini bukan malu karena jenis profesi, karena
menurut saya semua jenis profesi pekerjaan itu mulia ketika dilandasi oleh
semangat keiklasan, pengabdian, kejujuran, kebenaran dan takut akan TUHAN.
Ironi sekali ketika kita merasakan dengan keadaan
di republik ini, saat arus konsumerisme dan hedonisme melanda sebagian elit
dari masyarakat kita. Budaya tidak tahu MALU berkembang..dan hasilnya setiap
saat kita disuguhi berita-berita di media tentang korupsi yang masif. Tidakkah
mereka berfikir bahwa istri di rumah sebenarnya menangis hatinya tiap saat
karena sebenarnya mereka tahu apa yang dilakukan suaminya dibalik semua kemewahan
yang kekayaan yang diterimanya? Bahwa orang bijak mengatakan kesenangan dan
kebahagiaan keluarga itu belum tentu tergantung pada banyaknya uang, mungkin
itu memang benar adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar