Sabtu, 02 Desember 2017

How Wallstreet Works

Wallstreet. source from google
Once upon a time in a village in India , a man announced to thevillagers that he would buy monkeys for $10. The villagers seeing there were many monkeys around, went out to the forest and started catching them. 

The man bought thousands at $10, but, as the supply started to diminish, the villagers stopped their efforts. The man further announced that he would now buy at $20. This renewed the efforts of the villagers and they startedcatching monkeys again.

Soon the supply diminished even further and people started going back totheir farms. The offer rate increased to $25 and the supply of monkeys became so little that it was an effort to even see a monkey, let alone catch it!


The man now announced that he would buy monkeys at $50! However, since he had to go to the city on some business, his assistant would now act as buyer, on his behalf.

In the absence of the man, the assistant told the villagers: 'Look at all these monkeys in the big cage that the man has collected. I will sell them to you at$35 and when he returns from the city, you can sell them back to him for $50.'


The villagers squeezed together their savings and bought all the monkeys.

Then they never saw the man or his assistant again, only monkeys everywhere!

Welcome to WALL STREET

Jumat, 15 Februari 2013

KATEKISMUS GEREJA KATHOLIK


Bagi sahabat yang ingin mempelajari agama Katholik secara utuh silahkan baca Buku Katekismus Gereja Katholik yang bisa di download dengan meng klik tautan di bawah ini.

Selamat Belajar !!






Download di sini !!

Kamis, 11 Oktober 2012

Surat Apostolik Paus Benedictus XVI


Surat Apostolik Paus Benedictus XVI
PINTU KEPADA IMAN



Pengantar
1. Iman adalah tanggapan manusia atas pewahyuan Diri Allah yang berpuncak pada Yesus Kristus. Iman menjadi sikap dan keterbukaan diri manusia untuk menerima, mengakui dan mengamini Yesus Kristus serta menyerahkan diri sepenuhnya pada penyelenggaraan ilahi. Dengan iman, orang dibawa pada pertemuan, perjumpaan dan kesatuan dengan Allah yang menjadi sumber keselamatan manusia.
2. Untuk meneguhkan iman kita bersama, Bapa Suci Paus Benediktus XVI menjadikan tanggal 11 Oktober 2012 -24 November 2013 sebagai Tahun Iman. Untuk menandai dan mengantar Tahun Iman itu, Beliau juga mengeluarkan surat apostolik Pintu Kepada Iman (Porta Fidei).

Latar Belakang dan alasan adanya Tahun Iman
3. Secara singkat, latar belakang atau alasan Bapa Suci menetapkan Tahun Iman, diantaranya adalah:
a. Tahun Iman ditetapkan untuk menandai peringatan 50 Tahun dibukanya Konsili Vatikan II dan 20 Tahun diterbitkannya Katekismus Gereja Katolik. Kedua dokumen itu menjadi acuan Gereja dalam mengembangkan iman dan menghayati hidup menggereja dan memasyarakat dewasa ini.
b. Dewasa ini Paus melihat adanya keprihatinan iman yang terjadi. Umat kristiani lebih menaruh perhatian kepada konsekuensi-konsekuensi sosial, budaya dan politis daripada hal-hal yang menyangkut iman. Umat meninggalkan yang misteri, yang terdalam dalam kehidupan manusia yakni Allah. Orang hidup dalam ruang terbatas tanpa acuan kepada Allah. Apa yang terjadi kemudian? Tidak lain adalah masyarakat tanpa nilai dan tanpa akar; tidak lagi dihargai dan diakui pengertian yang benar dan salah, yang baik dan buruk. Moralitas disingkirkan dan kepentingan pribadi dikejar. Relasi dengan Allah dengan mudah dilakukan hanya sekedar dalam pengalaman pemenuhan aspek penghiburan, dicari sejauh bisa memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman belaka. Demikianlah Bapa Suci menyebut hal itu sebagai bentuk adanya krisis iman yang telah merambah di banyak bangsa.
c. Namun Bapa Suci juga masih melihat adanya kerinduan orang untuk pergi ke sumur, mendengar sabda Yesus, menimba air hidup, merasakan cita rasa sedapnya menyantap sabda Allah seperti yang dilakukan oleh Wanita Samaria. Mereka masih mengakui pentingnya ajaran Yesus dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah jalan untuk sampai dengan pasti pada keselamatan.

Maksud dan Tujuan Tahun Iman
4. Tahun Iman ditetapkan bukan tanpa tujuan. Dengan berpijak pada dokumen Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik, Tahun Iman dimaksudkan untuk beberapa hal:
a. Memberikan kepada segenap umat beriman gambaran tentang kekuatan dan keindahan iman-kepercayaan. Tujuannya untuk memulihkan kembali pemahaman yang tepat atas iman-kepercayaan, sehingga iman semakin dikuatkan, dimurnikan dan diakui dengan mantap.
b. Menegaskan bahwa naskah dokumen dari para bapa konsili (Konsili Vatikan II) belum kehilangan nilai dan kecermelangannya. Untuk itu perlu dibaca dengan benar, ditangkap dengan akal budi dan dicamkan dalam hati secara mendalam dan menempatkan sebagai penunjuk arah dalam mengarungi abad kehidupan dan sebagai usaha pembaruan Gereja. Demikian juga Katekismus Gereja Katolik masih relevan dan meyakinkan untuk menjadi acuan dalam pengembangan iman.
c. Membarui diri secara terus menerus baik melalui pendalaman, penghayatan, pertobatan dan kesaksian hidup akan Allah yang mahakasih dan mahamurah.
d. Mengobarkan kembali panggilan dan komitmen Gereja untuk melaksanakan evangelisasi baru, sehingga orang dapat menemukan kegembiraan dalam beriman dan kegairahan dalam mengkomunikasikan imannya. Pengalaman itu akan terwujud hanya kalau iman dihidupi sebagai pengalaman kasih yang sudah diterima, juga dikomunikasikan sbagai suatu pengalaman rahmat dan kebahagiaan.

Harapan dan ajakan untuk semua orang beriman
5. Di Tahun Iman ini Bapa Suci mengharapkan dan mengajak umat beriman untuk melakukan beberapa hal agar iman menjadi lebih hidup dan berdampak dalam kehidupan nyata:
a. Mensyukuri iman sebagai anugerah yang berharga dan merayakannya secara pantas dan menghasilkan buah.
b. Mempelajari isi muatan fundamental dari iman kepercayaan yang disintesekan secara sistematis dan organis dalam Katekismua Gereja Indonesia. KGK menjadi sarana-bantu yang sah dan legitim untuk mengembangkan iman dan menjadi norma yang pasti bagi pengajaran iman. Struktur KGK mengungkapkan suatu perjumpaan yang hidup dengan seorang Pribadi: pengakuan iman diikuti dengan penerimaan kehidupan sakramental dimana Kristus hadir, bergiat dan melanjutkan karya-Nya sambil mengembangkan kehidupan moral. Hidup moral tidak terpisahkan dari iman, liturgi dan doa. Juga mempelajari dokumen-dokumen Konsili Vatikan II yang membimbing kita untuk menyadari jati diri gereja: panggilan dan perutusannya di tengah dunia.
c. Meningkatkan dan mengintensifkan renungan dan perayaan iman untuk mendapat kesadaran yang lebih baik dan lebih bersemangat pula melekatkan diri pada kabar gembira itu. Harapannya kesaksian hidup umat beriman semakin dapat dipercaya.
d. Bergairah dalam memberi kesaksian iman secara publik. Beriman bukan urusan pribadi saja, tetapi juga memilih untuk memihak kepada Allah dengan demikian berada dengan Dia. Iman kepercayaan menuntut pertanggungjawaban sosial atas apa yang diimaninya. Pada hari pentakosta, Gereja menunjukkan dimensi publik dari keberimanan dan memberitakan dengan tanpa takut iman kepecayaan kepada setiap orang.
e. Meneladan tokoh-tokoh yang telah terbukti dalam penghayatan dan kesaksian iman, seperti Bunda Maria yang setia dan taat pada penyelenggaraan ilahi, para rasul yang setia mengikuti Yesus dan meneruskan pewartaan-Nya, para martir yang telah menyerahkan hidupnya sambil memberi kesaksian tentang kebenaran Injil, wanita dan pria yang dengan iman membaktikan hidup di dalam Kristus dan meninggalkan segala sesuatu dan hidup dalam ketaatan, kemiskinan dan kemurnian demi Injil, pria dan wanita dari segala usia sepanjang abad mengakui keindahan dalam mengikuti Yesus dan memberi kesaksian dalam keluarga, tempat kerja, kehidupan publik,

Penutup
6. Kita semua menyadari bahwa Iman tanpa perbuatan tidak akan menghasilkan buah, sedangkan kasih tanpa iman hanya akan merupakan perasaan belaka. Iman dan kasih saling membutuhkan satu sama lain. Melalui iman, kita dapat mengenal wajah Kristus yang hadir dalam diri mereka yang meminta kasih kita. Melalui kasih, iman akan menjadi gerakan kasih yang menyelamatkan. Inilah yang menjadi arah akhir dari Tahun Iman. Iman bisa dihayati kembali dengan penuh kegembiraan. Iman dijadikan sebagai pegangan, landasan, terang dan peneguh dalam kehidupan sehari-hari.

Disarikan dari Surat Apostolik “Pintu Kepada Iman” Paus Benediktus XVI

DEWAN KARYA PASTORAL
KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Jl. Sanjaya 27, Jagalan, MUNTILAN 56411

Sabtu, 14 April 2012

Hidup damai di atas Lingkaran Api (Ring of Fire)


Ring Of Fire (RoF) adalah sebutan bagi kawasan deretan gunung api yang berada di kawasan Samudra Pasifik karena di kawasan ini memang sarat dengan aktifitas perut bumi yang masih memijar dan panas. Wilayah ini merupakan zona penunjang lempeng bumi. Zona lempeng bumi Sirkum Pasifik ini dimulai dari Selandia Baru lalu mengarah ke Indonesia, naik ke Jepang kemudian ke Amerika Utara yakni mulai dari Alaska, California dan berakhir di Amerika Latin (Anif Punto Utomo) (lihat gambar).

Ring Of Fire (sumber Google)

Lingkaran Api (Ring of Fire) terjadi karena adanya lempeng-lempeng bumi yang besar, diantaranya adalah lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan lempeng Pasific. Selain lempeng besar itu terdapat lempeng kecil, seperti lempeng Filipina, Lempeng Burma dan lainnya. Rumah kita, Republik Indonesia tercinta ini diapit oleh tiga lempeng raksasa yaitu : Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasific

Lempeng Indonesia (sumber Google)

Sehubungan dengan adanya aktifitas di dalam inti bumi, lempeng-lempeng bumi akan mengalami aktifitas pergerakkan pula. Namun efek dari pergerakan lempeng ini menyebabkan juga tumbukkan antar lempeng. Lempeng dengan berat jenis lebih besar (lempeng samudra) akan menghujam lempeng dengan berat jenis lebih kecil (lempeng benua). Lempeng Indo-Australia akan menghujam lempeng Eurasia yang merupakan lempeng benua. Begitu juga dengan lempeng Pasific yang akan menghujam lempeng Eurasia. Aktifitas tumbukkan ini yang terus menerus terjadi sepanjang Lingkaran Api Pasific.

Di dalam setiap aktifitas tumbukan atau penghujaman yang terjadi pada kedalam sekitar 150 km, terjadilah apa yang disebut partial melting atau pelelehan sebagian. Ini terjadi akibat gesekan batuan yang terus menerus. Lelehan akan berusaha melepaskan diri dan bila menemukan celah, maka dia akan muncul sebagai gunung Api yang kita kenal. Di sepanjang Lingkar api Pasific ini wajar jika muncul deretan gunung api.

Proses tumbukan dan terjadinya Gunung Api (sumber Google)

Timbulnya Gunung Api disisi lain menjadi sahabat dan berkah dari Sang Pencipta. Gunung Api menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Siapa yang tidak mengakui keeksotisan Gunung Bromo, sebuah lukisan Alam yang sangat Agung. Atau salah satu Gunung paling aktif di dunia yaitu Gunung Merapi, disamping memberi kesuburan di daerah sekitar, lihatlah berapa berkah yang dilimpahkan oleh gunung Merapi dengan pasir dan batu bahan bangunan yang sangat bermanfaat untuk kehidupan umat manusia. Pendek kata Gunung Api memberikan manfaat untuk kehidupan.

Eksotisme Pemandangan Gunung Bromo (sumber Google)


Akan tetapi suatu saat Gunung Api dapat berubah total menjadi monster dan mesin pembunuh yang maha dahsyat yang tanpa ampun meluluhlantakkan kehidupan akibat lava pijar dan awan panas yang dimuntahkan dari dalam perutnya. Yang lebih parah lagi apabila gunung api itu berada di lempeng di bawah samudera. Ketika terjadi erupsi maka akan menyebabkan gelombang pasang atau Tsunami yang siap melumat kehidupan di atasnya. Ini pernah terjadi pada tahun 1883 saat Gunung Krakatau yang berada di selat Sunda mengalami erupsi. Itu dari sisi erupsi, padahal gelombang pasang (Tsunami) juga bisa terjadi manakala lempengan-lempengan bumi mengalami deformasi entah karena penghujaman seperti pada tahun 2004 di pantai barat Sumatra yang banyak merenggut jiwa manusia ataupun karena pergeseran seperti yang terjadi pada tanggal 12 April 2012 di pantai barat sumatra. Yang terakhir dampaknya tidak se-dahsyat 2004 dulu.

Bila kita sadari, semua memang sudah diciptakan Tuhan dengan sisi hitam dan sisi putihnya. Di satu sisi alam bisa menjadi sahabat bagi kita tapi di sisi lain alam juga memiliki prosesnya sendiri yang membawa konsekuensi terhadap terjadinya bencana seperti tsunami atau gunung meletus.

Lalu bagaimana dengan kita? Sejauh pengetahuan saya belum ada atau bahkan mungkin tidak ada teknologi yang paling canggih sekalipun yang mampu mencegah terjadinya tsunami ataupun gunung meletus. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengenali tanda-tandanya sehingga teknologi bisa menciptakan sebuah sistem peringatan dini sehingga bisa meminimalisir korban yang diakibatkan bencana tersebut.
Yang bisa kita lakukan adalah menjalin persahabatan yang mesra dengan alam (salah satu kalimat dalam ARDAS KAS 2011 menyebutkan pelestarian keutuhan ciptaan). Terimalah alam sebagai sebuah berkah yang Agung dari Sang Pencipta yang harus kita jaga, kita rawat dan kita lestarikan namun singkapilah juga dengan bijaksana ketika Alam menjalankan prosesnya sendiri, itulah hukum Alam.
SAVE OUR PLANET NOW
Tuhan Memberkati !!

reference : Tsunami (The Deadliest Wave)

Selasa, 10 April 2012

Hidup Baru



Perayaan Paskah telah usai. Rangkaian prosesi pengulangan sejarah suci telah kita lalui dengan khidmat dan diakhiri dengan sorak-sorai kesukacitaan karena Kristus telah bangkit dari maut. Setelah selama sepekan kita dibawa kepada nilai-nilai moral 2000 an tahun yang silam kini tiba saatnya kita akan kembali ke realitas hidup di tengah-tengah masyarakat sekarang; masyarakat modern dengan berbagai macam dinamikanya.

Mencoba melihat dari sisi sosiologi dan kebudayaan tanpa bermaksud mengurangi ke teologian, sejarah  suci ini ternyata juga diwarnai dengan beberapa kejahatan, intrik politik, dan budaya matrealistik. Dikisahkan tentang penghianatan oleh Judas Iskariot yang menyerahkan Yesus demi mendapatkan beberapa keping uang emas dari Imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal bait Allah (bdk Luk. 22:3-6), sangat jelas disini rupanya budaya matrealistis telah membuat seseorang tega berbuat jahat bahkan menghianati ‘sahabat sendiri’ atau Gurunya sendiri yang telah bersama-sama selama ini. Pun Petrus juga setali tiga uang dengan Yudas. Ketika Kristus mulai diarak untuk didera, seseorang melihat Petrus sebagai salah seorang murid Kristus namun Petrus menyangkal dan mengatakan bahwa Ia tidak mengenal Nya (bdk. Luk. 22:54-62).

Intrik Politik juga mewarnai kisah ini. Hasutan para Imam-imam Kepala terhadap rakyat sungguh menjadikan rakyat buta akan kebenaran, Imam-imam kepala berhasil membentuk opini publik yang menvonis bahwa Yesus memang orang bersalah walau waktu dihadapkan di Mahkamah Agama, tidak ada satu orang pun yang berhasil menunjukan kesalahan apa yang telah di buat Yesus. Namun opini masyarakat sudah terbentuk maka rakyat mulai marah, mereka kemudian menyeret Yesus ke hadapan Pilatus seorang Penguasa daerah Yudea, namun karena Yesus berasal dari Galilea maka Pilatus menyerahkan kepada Herodes, namun Herodes kembali menyerahkannya pada Pilatus. Sangat jelas disini bahwa kedua Pemimpin ini mencoba untuk lepas tangan dan melemparkan tanggung jawab dalam menangani kasus Yesus ini.

Sebenarnya Pilatus juga tidak menemukan satu kesalahanpun dalam diri Yesus, namun opini publik yang dihembuskan Imam-imam kepala sudah terlanjur terbentuk sehingga rakyat memaksa agar Pilatus menghukum mati Yesus. Melihat rakyat begitu banyak marah, Pilatus ‘keder’ juga, Ia berada pada situasi yang secara politik tidak menguntungkan. Ingin bertidak konstitusional tapi takut tidak populer di mata rakyat, Akhirnya ia memenuhi desakan rakyat walau inkonstitusional...walau secara simbolik ia cuci tangan tetapi seharusnya pemimpin harus tegas dan berpihak pada kebenaran dan bukan atas dasar desakan dari sebuah opini publik yang memang sengaja dihembuskan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Sedangkan Yesus? Yesus setia menerima penderitaan ini, Dia rela menanggung semua beban untuk diolok-olok, disiksa didera bahkan di salib sampai berkesudahan. Ia telah menunjukkan kesetiaan yang sejati kepada Bapa. Dan karena begitu besar Kasih dan CintaNya kepada kita, dalam penderitannya yang sangat berat itu bahkan ia masih mendoakan kita (bdk Luk 23:34)....dan akhirnya Nubuat itu digenapi, Yesus bangkit pada hari ketiga, Ia telah mengalahkan kuasa maut, Allah telah menunjukan kebesaranNya bahwa tidak ada satupun kuasa yang bisa membelenggu Anak Domba...Ini menjadi insipirasi yang sangat agung dalam sejarah umat manusia.

Bagaimana dengan kita? Bagaimana kita bisa mengaktualisasikan arti dari Kebangkitan ini? Apakah cukup kita hanya mengenang dengan penuh khidmat di Gereja dengan mengikuti semua prosesi Misa Pekan Suci? Apakah kita boleh berbangga ketika bisa berpuasa dan ber-APP selama masa prapaskah?
Paska bukan sekedar sebuah peristiwa melainkan sebuah Inspirasi. Sebuah inspirasi kebangkitan bagi hati dan jiwa kita, untuk sebuah hidup baru yang penuh kasih kepada sesama kita. Ya..sebuah insipirasi untuk kita terus berbagi dan peduli pada penderitaan sesama kita sepanjang detik, sepanjang menit, sepanjang jam, sepanjang hari, sepanjang minggu, sepanjang bulan, sepanjang tahun....Sekarang dan Selamanya.