Surat Apostolik Paus
Benedictus XVI
PINTU KEPADA IMAN
Pengantar
1. Iman adalah tanggapan manusia atas pewahyuan
Diri Allah yang berpuncak pada Yesus Kristus. Iman menjadi sikap dan
keterbukaan diri manusia untuk menerima, mengakui dan mengamini Yesus Kristus
serta menyerahkan diri sepenuhnya pada penyelenggaraan ilahi. Dengan iman,
orang dibawa pada pertemuan, perjumpaan dan kesatuan dengan Allah yang menjadi
sumber keselamatan manusia.
2. Untuk meneguhkan iman kita bersama, Bapa Suci
Paus Benediktus XVI menjadikan tanggal 11 Oktober 2012 -24 November 2013
sebagai Tahun Iman. Untuk menandai dan mengantar Tahun Iman itu, Beliau juga
mengeluarkan surat apostolik Pintu Kepada Iman (Porta Fidei).
Latar Belakang dan alasan adanya Tahun
Iman
3. Secara singkat, latar belakang atau alasan
Bapa Suci menetapkan Tahun Iman, diantaranya adalah:
a. Tahun Iman ditetapkan untuk menandai
peringatan 50 Tahun dibukanya Konsili Vatikan II dan 20 Tahun diterbitkannya
Katekismus Gereja Katolik. Kedua dokumen itu menjadi acuan Gereja dalam
mengembangkan iman dan menghayati hidup menggereja dan memasyarakat dewasa ini.
b. Dewasa ini Paus melihat adanya keprihatinan
iman yang terjadi. Umat kristiani lebih menaruh perhatian kepada
konsekuensi-konsekuensi sosial, budaya dan politis daripada hal-hal yang
menyangkut iman. Umat meninggalkan yang misteri, yang terdalam dalam kehidupan
manusia yakni Allah. Orang hidup dalam ruang terbatas tanpa acuan kepada Allah.
Apa yang terjadi kemudian? Tidak lain adalah masyarakat tanpa nilai dan tanpa
akar; tidak lagi dihargai dan diakui pengertian yang benar dan salah, yang baik
dan buruk. Moralitas disingkirkan dan kepentingan pribadi dikejar. Relasi
dengan Allah dengan mudah dilakukan hanya sekedar dalam pengalaman pemenuhan
aspek penghiburan, dicari sejauh bisa memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman
belaka. Demikianlah Bapa Suci menyebut hal itu sebagai bentuk adanya krisis
iman yang telah merambah di banyak bangsa.
c. Namun Bapa Suci juga masih melihat adanya
kerinduan orang untuk pergi ke sumur, mendengar sabda Yesus, menimba air hidup,
merasakan cita rasa sedapnya menyantap sabda Allah seperti yang dilakukan oleh
Wanita Samaria. Mereka masih mengakui pentingnya ajaran Yesus dan percaya bahwa
Yesus Kristus adalah jalan untuk sampai dengan pasti pada keselamatan.
Maksud dan Tujuan Tahun Iman
4. Tahun Iman ditetapkan bukan tanpa tujuan.
Dengan berpijak pada dokumen Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik,
Tahun Iman dimaksudkan untuk beberapa hal:
a. Memberikan kepada segenap umat beriman
gambaran tentang kekuatan dan keindahan iman-kepercayaan. Tujuannya untuk
memulihkan kembali pemahaman yang tepat atas iman-kepercayaan, sehingga iman
semakin dikuatkan, dimurnikan dan diakui dengan mantap.
b. Menegaskan bahwa naskah dokumen dari para bapa
konsili (Konsili Vatikan II) belum kehilangan nilai dan kecermelangannya. Untuk
itu perlu dibaca dengan benar, ditangkap dengan akal budi dan dicamkan dalam
hati secara mendalam dan menempatkan sebagai penunjuk arah dalam mengarungi
abad kehidupan dan sebagai usaha pembaruan Gereja. Demikian juga Katekismus
Gereja Katolik masih relevan dan meyakinkan untuk menjadi acuan dalam
pengembangan iman.
c. Membarui diri secara terus menerus baik
melalui pendalaman, penghayatan, pertobatan dan kesaksian hidup akan Allah yang
mahakasih dan mahamurah.
d. Mengobarkan kembali panggilan dan komitmen
Gereja untuk melaksanakan evangelisasi baru, sehingga orang dapat menemukan
kegembiraan dalam beriman dan kegairahan dalam mengkomunikasikan imannya.
Pengalaman itu akan terwujud hanya kalau iman dihidupi sebagai pengalaman kasih
yang sudah diterima, juga dikomunikasikan sbagai suatu pengalaman rahmat dan
kebahagiaan.
Harapan dan ajakan untuk semua orang
beriman
5. Di Tahun Iman ini Bapa Suci mengharapkan dan
mengajak umat beriman untuk melakukan beberapa hal agar iman menjadi lebih
hidup dan berdampak dalam kehidupan nyata:
a. Mensyukuri iman sebagai anugerah yang berharga
dan merayakannya secara pantas dan menghasilkan buah.
b. Mempelajari isi muatan fundamental dari iman
kepercayaan yang disintesekan secara sistematis dan organis dalam Katekismua
Gereja Indonesia. KGK menjadi sarana-bantu yang sah dan legitim untuk
mengembangkan iman dan menjadi norma yang pasti bagi pengajaran iman. Struktur
KGK mengungkapkan suatu perjumpaan yang hidup dengan seorang Pribadi: pengakuan
iman diikuti dengan penerimaan kehidupan sakramental dimana Kristus hadir,
bergiat dan melanjutkan karya-Nya sambil mengembangkan kehidupan moral. Hidup
moral tidak terpisahkan dari iman, liturgi dan doa. Juga mempelajari
dokumen-dokumen Konsili Vatikan II yang membimbing kita untuk menyadari jati
diri gereja: panggilan dan perutusannya di tengah dunia.
c. Meningkatkan dan mengintensifkan renungan dan
perayaan iman untuk mendapat kesadaran yang lebih baik dan lebih bersemangat
pula melekatkan diri pada kabar gembira itu. Harapannya kesaksian hidup umat
beriman semakin dapat dipercaya.
d. Bergairah dalam memberi kesaksian iman secara
publik. Beriman bukan urusan pribadi saja, tetapi juga memilih untuk memihak
kepada Allah dengan demikian berada dengan Dia. Iman kepercayaan menuntut
pertanggungjawaban sosial atas apa yang diimaninya. Pada hari pentakosta,
Gereja menunjukkan dimensi publik dari keberimanan dan memberitakan dengan
tanpa takut iman kepecayaan kepada setiap orang.
e. Meneladan tokoh-tokoh yang telah terbukti
dalam penghayatan dan kesaksian iman, seperti Bunda Maria yang setia dan taat
pada penyelenggaraan ilahi, para rasul yang setia mengikuti Yesus dan
meneruskan pewartaan-Nya, para martir yang telah menyerahkan hidupnya sambil
memberi kesaksian tentang kebenaran Injil, wanita dan pria yang dengan iman
membaktikan hidup di dalam Kristus dan meninggalkan segala sesuatu dan hidup
dalam ketaatan, kemiskinan dan kemurnian demi Injil, pria dan wanita dari
segala usia sepanjang abad mengakui keindahan dalam mengikuti Yesus dan memberi
kesaksian dalam keluarga, tempat kerja, kehidupan publik,
Penutup
6. Kita semua menyadari bahwa Iman tanpa
perbuatan tidak akan menghasilkan buah, sedangkan kasih tanpa iman hanya akan
merupakan perasaan belaka. Iman dan kasih saling membutuhkan satu sama lain.
Melalui iman, kita dapat mengenal wajah Kristus yang hadir dalam diri mereka
yang meminta kasih kita. Melalui kasih, iman akan menjadi gerakan kasih yang
menyelamatkan. Inilah yang menjadi arah akhir dari Tahun Iman. Iman bisa
dihayati kembali dengan penuh kegembiraan. Iman dijadikan sebagai pegangan,
landasan, terang dan peneguh dalam kehidupan sehari-hari.
Disarikan dari Surat Apostolik “Pintu Kepada Iman” Paus Benediktus XVI
DEWAN KARYA PASTORAL
KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Jl. Sanjaya 27, Jagalan, MUNTILAN 56411